Memperingati Tragedi Sangir
Sangir…Sebuah kata yang tidak jarang didengar oleh kelompok pencinta alam dan penggiat olahraga arung jeram. Sangir merupakan nama sungai yang terletak di Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat yaitu Sungai Batang Sangir. Sungai yang juga termasuk dalam salah satu sungai yang daerahnya yaitu Kabupaten Solok Selatan dengan semboyan Nagari Seribu Sungai, berpotensi menarik wisatawan untuk berkunjung. Sungai Batang Sangir menjadi lokasi olahraga arung jeram dengan panjang aliran sungai lebih dari 25 km. Arus aliran sungai yang bervariasi dari Grade II hingga Grade III, bahkan bisa sampai Grade IV apabila sedang musim hujan. Kondisi ini memacu semangat para penggiat olahraga arus deras untuk menantang ganasnya sungai batang sangir termasuk MAPALA UNAND.
Sebagai organisasi yang bergerak dalam upaya pelestarian lingkungan hidaup dan olahraga alam bebas, berarung jeram sering dilakukan oleh MAPALA UNAND. Organisasi yang didirikan sejak 1984 sudah mengarungi berbagai aliran sungai yang ada di bumi Minang ini. Tak hanya itu, MAPALA UNAND juga sering mengikuti kejuaraan Rafting tingkat Nasional maupun Internasional. Setiap kegiatan tersebut mempunyai sejarah tersendiri di setiap sungainya, termasuk Sungai Batang Sangir.
Dahulu… Pada tanggal 06 Februari 1998, MAPALA UNAND pernah mengarungi Sungai Batang Sangir yang diinisiasi oleh Almarhum Andrizal “Uwo” MU 040 Slv. Beliau yang juga dikenal sebagai pemanjat tebing itu mengajak anggota penuh lainnya untuk berarung jeram pada masa itu. Anggota penuh yang ikut serta pada waktu itu adalah Almarhum Yoki Budianto “Ipung” MU 085 Alt., Adios Faman MU 049 Ptr., Joni Muchtar MU 054 Ptr. Dan Dafirmon MU 051 Ptr. Berangkat bersama menuju Sangir, Solok Selatan.
Kegiatan yang dilakukan pada waktu itu menyeret dua orang Anggota MAPALA UNAND yang ikut serta yaitu Uwo dan Ipung. Kedua almarhum meregang nyawa ketika berusaha menolong rekan lain yang diselungkupi perahu terbalik saat menghadapi standing wafe. Rasa kesetiakawanan mendorong Uwo dan Ipung kembali ke perahu yang sebelumnya mereka berhasil menyelamatkan diri. Namun almarhum tidak berhasil dan terseret arus hingga muara sungai.
Menurut Koordinator Posko Siaga MAPALA UNAND, Yandri Martin MU 026 Krn. Almarhum uwo ditemukan 2 jam setelah kejadian sedangkan almarhum ipung dinyatakan hilang. Ipung berhasil ditemukan sekitar 10 km dari lokasi uwo ditemukan setelah dilakukan pencarian selama sepekan tepatnya 13 Februari 1998, dengan bantuan Tim SAR Gabungan Sumatera Barat. Almarhum uwo sempat disemayamkan di kantor MAPALA UNAND untuk mendapatkan serangkaian penghormatan terakhir.Peristiwa inilah yang mendasari MAPALA UNAND mengenang jasa almarhum yang terdahulu sebagai peringatan Tragedi Sangir setiap tanggal 07 Februari di setiap tahunnya.
Berdasarkan hal ini, MAPALA UNAND mendapatkan pengalaman dan belajar. setiap kegiatan pasti akan ada resiko. Resiko dapat ditanggulangi tergantung bagaimana kita mempersiapkan diri. MAPALA UNAND terus mengajarkan generasinya untuk terus menerapkan manajemen perjalanan di setiap kegiatannya dan terus siaga akan bahaya yang akan datang. Safety procedure akan selalu mendasari kegiatan yang akan dilakukan. Keselamatan dan kesetiakawanan menjadi modal pribadi agar terus berkegiatan.